balikamilagi

Menikmati indahnya karang ‘biorock’ di Pemuteran

Posted on: Mei 12, 2009

Jan 21, ’08 6:41 AM
for everyone

Pemuteran cukup terpencil lokasinya, berada di Bali Utara atau sekitar 100 km dari Denpasar. Air lautnya yang bening dengan tipikal ombak datar cenderung tenang, sangat cocok dengan potensi wisata bawah laut yang sedang dikembangkan.

Saat sekarang, berbagai jenis ikan bisa ditemui di pantai ini. Aktivitas diving maupun snorkling menjadi komoditas andalan. Padahal tujuh tahun yang lalu, Pantai Pemuteran masih pada kondisi parah akibat rusaknya biota laut terutama terumbu karang. Kerusakan disebabkan banyak faktor, diantaranya aktivitas manusia yang berlebihan dalam penangkapan ikan baik menggunakan dinamit atau cianid. Selain itu, polusi, pemanasan global, serta pengembangan obyek wisata yang tidak ramah lingkungan menjadi pemicu serius.
Sampai akhirnya dua ilmuwan, Thomas J Goreau ( USA) dan Prof wolf Hilbertz (Jerman) memperkenalkan teknologi biorock, yaitu teknik pengumpulan atau akumulasi mineral mempergunakan aliran listrik untuk pengembangan karang buatan. Biorock merupakan teknologi yang secara langsung dapat mempercepat pertumbuhan kerangka (struktur) karang.

Dengan teknologi ini, listrik akan dialirkan ke struktur karang yang terbuat dari besi dan dipasang ke dasar pantai, sehingga mempunyai daya tarik dan rekat terhadap berbagai mineral laut. Struktur tersebut lambat laun tertutupi karang.
Seiring dengan tumbuhnya karang di kerangka (struktur) itu, ikan-ikan pun berdatangan, kata AA Prana, seorang tokoh yang andil dalam pengembangan karang biorock di Pemuteran. Selain membangun dan memperbaiki terumbu karang, biorock menumbuhkan struktur limestone rock yang berfungsi sebagai pelindung pantai. Ini bisa menjadi pemecah ombak karena strukturnya relatif kuat. Selain itu, tambah Prana, merupakan metode yang ekonomis untuk melindungi pantai dari erosi karena dapat diterapkan dalam berbagai skala energi.

Proyek pengembangan karang di Pemuteran, dimulai sejak Juni 2000 yang kemudian dinamai Proyek Konservasi Karang Lestari Pemuteran. Yos Amerta, kata Agung Prana, salah seorang pebisnis wisata air yang mengenalkannya pada Thomas dan Wolf.
Dipilihnya Pemuteran karena merupakan area teluk yang airnya relatif landai. Pada tempo dulu, katanya, kawasan tersebut menjadi tempat tumbuh aneka jenis terumbu karang, yang tersebar hingga di kedangkalan, bahkan sampai di kedaratan. Katanya lagi, sebagian besar spesies karang bisa ditemukan di Pemuteran. Berbagai kemudahan juga menjadi penentu kelangsungan proyek, terutama adanya dukungan kuat dari masyarakat setempat.

Setelah percobaan pertama, tiga struktur kembali dibuat pada Oktober 2000 di depan Pura Segara. Waktu itu, kata Agung Prana, ”Sedang berlangsung International Coral Reef Symphosium ke-9 di Nusa Nusa Dua, Bali.”
Pertumbuhan karang yang relatif cepat, mendorong untuk perluasan proyek. Dengan bantuan Agung Prana yang juga pemilik Taman Sari Hotel khususnya bantuan dana, dibuat lagi 18 struktur pada Maret 2001. Lokasinya di depan hotel tersebut, untuk mempermudah suplai listrik.

Struktur-struktur karang ditempatkan sejajar dengan pantai, antara 50 –80 meter dari garis pantai, di kedalaman antara 3 – 7 meter. Dengan begitu, totalnya menjadi 22 struktur, dengan panjang mencapai 222 meter, di areal seluas 2,5 Ha. Menurut Agung Prana, ”Waktu itu Pemuteran menjadi proyek biorock terbesar di dunia, melebihi proyek sebelumnya di samudra Pacific, Karibia, dan Maldive.”
Konstruksi dari strukturnya didominasi batangan besi berdiameter 1 dan 1,3 Cm. Wujudnya bermacam-macam, seperti piramid elips, bunga, serta semacam terowongan dengan tinggi 2,5 m dan diameter 3-5 m. Terdapat pula tujuh struktur berupa pilar dengan panjang 12 m, lebar 2 m, dan tinggi 2 m, yang berupa rangkaian busur dipasang terbuka baik ke atas maupun ke bawah.

Dua struktur lagi terbuat dari kombinasi bambu dan besi. Bambunya berupa lempengan sepanjang 12 meter. Terdapat pula struktur lain, yang dinamai bambu besar. Ini terbuat hanya dari bambu saja yang dibalut kawat berdiameter 2 mm. ”Dan kami juga sudah mengembangkan struktur berbentuk stupa, patung, hingga kerangka kapal. Semuanya tumbuh menjadi bentuk karang yang bagus, ikan semakin banyak dan bertambah tinggi pula minati para wisatawan berkunjung ke Pemuteran,” urai Agung Prana yang baru-baru ini juga kedatangan kru CNN dan khusus meliput karang buatan di Pemuteran.

Dengan dialiri listrik, struktur besi tersebut berproses menumbuhkan limestone yang menjadi substrat bagi perkembangan karang. Sedang pada struktur bambu yang bukan penghantar listrik, balutan kawat itulah yang difungsikan membentuk limestone.
Semua kombinasi struktur itu dialirkan listrik sebesar 4,5 kilowatt, melalui kabel yang dipasang secara paralel. Sumber kekuatan tersebut ditempatkan berdekatan dengan semua struktur, antara lain dua di depan Taman Sari Hotel, di Archipelago Dive Shop Taman Sari Hotel, Pemuteran Village Barong Art Shop, Yos Dive Shop Pondok Sari Hotel dan Reef Seen Aquatic. Khusus di kawasan Reef Seen Aquatic ini, kabel-kabel dililitkan langsung ke karang yang mengalami bleaching.
Karang yang ditransplantasikan ke struktur, menurut Agung Prana, diambil dari kawasan itu juga. Sebagian besar anak karang tersebut diikatkan pada diantara elemen-elemen struktur. Lainnya dicantelkan pada kawat atau ditempatkan pada permukaan struktur. Dengan teknologi birocok, karang dapat dipacu pertumbuhannya 3 – 10 kali lebih cepat dibandingkan pertumbuhan normal. Ditambahkan Agung Prana, karang-karang yang sudah mati pun kini mulai subur lagi, secara alami.

Berdasar pengamatan sejumlah ahli, lanjutnya, diketahui ada sekitar 80 persen dari jenis karang di dunia kini tumbuh subur di Pemuteran.
Gede Ardika, mantan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata RI mengaku puas dengan upaya masyarakat Pemuteran, yang seiring waktu berhasil mengembalikan panorama lautnya. Kebetulan, kata dia, salah satu struktur karang bertuliskan namanya. Ia pun sudah sempat snorkling, untuk melihat secara langsung perkembangannya. ”Bagus, dan saya lihat hotel-hotel di sini, termasuk Taman Sari selalu penuh wisatawan. Dari pagi sampai sore ada saja yang beraktifitas di air baik snorkling maupun diving,” urainya.

Setelah 22 struktur karang tadi menunjukkan pertumbuhan yang baik, pada 2005 lalu dikembangkan pembuatan taman laut (sea garden). Sebanyak enam kapal tua, bekas-bekas bangunan candi bentar, juga patung-patung buda ditenggelamkan ke dasar laut berkedalaman sampai 20 meter. ”Lokasi taman ini agak ke tengah, sekitar 15 menit perjalanan dengan kapal,” urai Agung Prana yang menambahkan, ”Di tempat tersebut terdapat pula bekas karang yang menyerupai tembok besar dan dengan sentuhan stimulan perlahan kembali tumbuh. Untuk diingat, kata seorang pakar Amerika, karang yang bagus mampu menghasilkan O2 dan menyerap CO2 lebih besar ketimbang hutan.”
Agung Prana menegaskan, keberhasilan proyek tersebut berkat dukungan masyarakat. ”Thom dan Wolf sendiri mengakuinya. Di tempat atau negara lain, proyeknya gagal lantaran tidak ada yang turut memelihara.” Masyarakat Desa Pemuteran yang berjumlah 2000 KK dengan lebih dari 8000 jiwa kini bisa menuai manfaat. Sebagian penduduknya bisa bekerja di hotel setempat. Petugas keamanan tradisional atau pecalang pun mengembangkan wilayah tugasnya bukan saja di daratan melainkan juga di laut sehingga dikenal dengan pecalang laut.

Menurut tokoh Pemuteran, Wayan Siram, setiap pengusaha yang akan membangun hotel atau akomodasi wisata lain harus mengutamakan penyerapan tenaga kerja lokal. ”Pihak desa turut dalam penyeleksian. Ini diharuskan sejak dimulainya pembangunan. Nah, bila setelah beroperasi, dirasa tidak ada atau tidak banyak warga yang memenuhi kualifikasi, baru diperbolehkan mengambil tenaga dari luar desa. Itu pun harus ada transfer pengetahuan dan keterampilan untuk warga lokal.,” katanya. Agung Prana yang mengelola Taman Sari Hotel dan Amerta Sari Hotel kini menampung 130 warga sebagai karyawannya.

Siram menambahkan, dari pihak pengusaha setiap bulan juga memberikan sumbangan bagi desa adat. Selain itu, terdapat pula pengusaha yang memberikan pengelolaan peralatan snorkling dan diving kepada desa adat. ”Kebetulan Pak Agung Prana yang menyediakan peralatan itu,” tutur Siram. Menurut dia, sejumlah penduduk yang awalnya mengandalkan pertanian tadah hujan dan nelayan, kini bisa membuka warung dan beberapa diantaranya mulai menata rumahnya untuk disewakan.
Wisatawan yang ke Pemuteran, sambung Agung Prana, kebanyakan dari Amerika dan Eropa. Setiap harinya, kedua hotel miliknya okupansinya sampai 75 persen. ”Kalau musim ramai begini, selalu penuh, terutama yang Taman Sari Hotel dengan 30 kamar.” Lama tinggalnya wisatawan berkisar 4 – 5 hari.
Kerjasama antara pengusaha dan masyarakat, yang kemudian diakui oleh pemerintah itu, telah mendatangkan banyak penghargaan. Yayasan Karang Lestari Pemuteran pernah mendapat penghargaan dari Departemen Kelautan (2002), ASIANTA Award (2003), Pata Gold Award (2005), Kalpataru (2005) dan Skal Internasional (2005). Selain melestarikan alam bawah laut, yayasan tersebut juga berusaha menghijaukan daratan Pemuteran yang termasuk gersang. Diantaranya telah tertanam pohon waru dan ketapang di sepanjang pantai.

Tinggalkan komentar

Kategori